Penghargaan Kosong
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAoNDb01jNGxeDyAO4balcpPGKhIE8ExA_t_xdK13-WdDHyG6EqKbuYwVLABjJWGG_QJiMva_jzu8Ey_VLvYN66EeokfWLGAhCDpzjEa3UY653qCKh0umkG21Mk1nWNRbjlF1atnUR0TzL/s1600/canvas-kosong.jpg)
Penghargaan
Kosong
Pagi itu Thomas sedang diwawancarai
oleh media local yang terkenal disana, ya Thomas memang sangat terkenal dinegri
ini, negri yang melahirkan banyak seniman hebat yang sudah go Internasional,
Thomas salah satunya, dia sangat terkenal dengan karya seninya yang abstrak dan
moderen, kini semua orang ingin mengikuti jejaknya, dan menjadi seperti dia,
sebuah tanda kehormatan dan kesuksesan yang tiada taranya,
Selamat pagi Tuan Thomas, “sapa sang
wartawati bernama Diana”
Selamat pagi, semoga hari mu cerah
dan jangan lupa untuk bersyukur untuk pagi ini, “sahut Thomas dengan wajah
penuh ramah khas orang dermawan,
Disaat yang sama wartawati itu
langsung membuka kertas yang isinya pertanyaan yang akan ditunjukan kepada
Thomas,
Dan disusul dengan basa basi yang
sangat membosakan yang semua orang ingin membuangnya jauh namun masih saja
dilakukan orang kebanyakan, - mereka pun sudah menuju inti dari pembicaraan
mereka,
Tuan Thomas bagaimana anda bisa
membuat karya seni yang sangat indah sekali, apa yang permata kali terpikir
dahulu, kenapa ingin membuat karya seni, tidak yang lain saja, “pajang
pertanyaan sang wartawati disertai keinginan tahuannya yang sangat kuat”
Thomaspun mulai bercerita dengan
pelan-pelan seperti seseorang malaikat penyampai wahyu,
“Dulu pertama kali saya membuat
lukiasan tidak ada satun orang yang mau menghargai lukisan saya, bahkan orang
terdeekat saya tidak ada yang peduli, dan menganggap saya tidak berguna karena
saya hanya membuat lukisan-lukisan dan lukisan setiap harinya,” Thomas mulai menghela
nafas panjang tanda dia sangat tertekan pada saat itu,
Dia melanjutkan,
“Tiba-tiba ada seorang pemuda umurnya
tidak lebih dari 25 Tahun, dia merubah semua” Mata Thomas seperti orang yang
sedang menceritakan kejaiban dari Sang Pencipta,
“Memangnya apa yang dilakukan pemuda
25 Tahun itu Tuan” Sela wartawati yang sangat ingin tahu jawabanya,
“DIA MENGHARGAI KARYA SAYA” Thomas
menatap tajam mata wartawati, seperti meyakinkan peristiwa itu nyata, tidak ada
kebohongan sedikitpun,
“Maksudnya Tuan Thomas, ? Hanya itu
saja ?” Sela wartawati merasa heran dan tidak menduga jawaban narasumber,
“ Hemmm…” Jawab Thomas pendek,
sepermili detik tampak kekecewaan dari mukanya,
“Ini tidak hanya soal MENGHARGAI, ini
soal PENGHARGAAN TULUS,” Jawab Thomas serasa meminum air putih, sedikit seperti
mengakhiri kalimat bijak pada anak-anak, dia sangat terlihat keren pada detik
ini,
Thomas mulai melanjutkan ceritanya,
“Waktu itu sore hari, saya sedang
tidak ingin sekali melukis saya membiarkan ide kreatif saya termakan oleh
ganasnya waktu, Pemuda itu datang, lalu melihat wajah musam saya, sepertinya
dia tau keadaan dan kondisi saya waktu itu, dimana saya sedang berfikir keras
dan membuat apa yang mereka suka (orang-orang pada saat itu), ya kau tau semua
orang pada waktu itu tidak ada yang menghargai karya ku, Pemuda itu berkata
“Wah lukiasan yang sangat indah, berbeda dengan yang lainya, benarkah kau yang
melukis semua ini ?” Thomas tersenyum bahagia
“Iya aku yang membuat semua ini, dan
yang kau liat itu belum selesai, pemuda itu terlihat binung waktu itu, tak lama
setelah itu dia berkata lagi “kira-kira kapan kau selesaikan lukisan ini ? aku
ingin melihatnya jika selesai nanti,” Setelah mendengar itu aku tersenyum
sedikit bangga, akhirnya ada yang mau menunggu karya ku, batin ku, aku bilang
saja besok kau lihat hasilnya kalau kau mau”jawab ku, dengan tidak pecaya jika
dia akan kembali lagi besok,
“ Namun prasangkaan ku salah,
keesokan harinya pemuda itu datang lagi dan aku pun kaget dan segera ku
selesaikan karya ku, “wah tambah indah hasilnya, kau berbakat” dia bilang
begitu yang membuat kepala ku ini serasa disurga,
“Pemuda itu meminta ku untuk terus
berkarya setidaknya 5-10 lukisan lagi, sebelum pergi dia kami mengobrol
sebentar “Apa bedanya karya ini dengan yang lain” tanya Pemuda itu,
“Yang lain itu sampah, ada 2 karya ku
seperti ini yang pertama aku simpan didalam, karena semua orang tidak
menyukainya, dan ini pun sepertinya akan ku simpan juga, sedangkan yang lain
aku jual dengan sangat murah, itupun tidak ada yang mau, ya jadi aku sebuat
saja sampah”
Thomas sedikit tertawa, dia
melanjutkan,
“Yang 2 ini kenapa kau simpan ?,
Pemuda itu sedikit heran, ya yang ini dan yang didalam sana itu kesukaan ku,
kubuat dengan hati ku, tidak menggunaan otak ku, ketika aku menggambar ini, aku
menjadi diriku yang sebenarnya, pemuda itu hanya tersenyum, “Cobalah kau
berhenti untuk menggambar sampah itu, gambarlah sesuai jati diri mu, jangan
pernah dengarkan orang berbicara, mereka tidak melihat dengan hati mereka
melihat dengan mata saja” kata-kata mutiara terindah yang penah mampir ke
telinga ku”
“Semenjak itu aku tidak bertemu
dengan Pemuda itu, namun setelah itu aku menjadi semangat lagi untuk melukis
jati diri ku dikanvas, ku buat 50 lebih lukisan, hanya dalam waktu 1 bulan
saja, aku tidak tau ini lukisan mau dijual kemana, hingga uangku habis, untuk
menyambung hidup aku memutuskan untuk pindah ke sini negeri ini, dan rumah ku
jual, dan ku beli rubah kecil yang sekarang menjadi istana ku,”
“Saat ku pindah dan membawa lukisan
yang begitu banyak hingga lukisan ku menjadi pameran berjalan, dan sukses
dilihat ribuan orang sepanjang jalan, muka mereka seperti terlihat mengingikan
lukisan abstrak ku, kata ku dalam hati,”
“Keesokan harinya aku didatangi oleh
orang-orang yang ingin membeli lukisan ku, mereka bergerombol dan terkesan
kaya, terlihat dari pakaianya dan tunggangannya, aku bingung bukan main ada apa
dengan orang-orang ini, mereka tau darimana jika aku menjual lukisan ku? Mereka
tidak menjelekan karya ku ? Dan kenapa dengan orang-orang ini ?”
“Akhirnya aku tau ketika pembeli
berkata “kau kah yang melukis lukisan Tuan Arda?”, “Aku semakin bingung, Arda
siapa dia ?” “dia seniman disini dia sangat kaya dan sangat terkenal, kau tidak
mengetahuinya ? bahkan karyanya itu sudah dibeli oleh sang Ratu,” aku semakin
bingung
“Tolong beri tau aku dimana rumah
Tuan Arda itu” aku memohon seperti anak-anak,
“Baik aku akan antarkan asalkan aku
bisa membeli 5 lukiasan ini dengan harga 3 lukisan,” Pembeli itu memanfaatkannya
seperti serigala memangsa ibu kelinci,
“Baik setuju, tanpa basa basi aku
langsung ingin diantarkan ke rumah Tuan Arda itu, tidak lama kisaran 15-20
menit aku sudah sampai dirumahnya, disambut dengan petugas dan keamanan dan
anjing yang harganya mahal,”
“Ada keperluan apa datang kesini ?”
tanya sang penjaga,
“Aku ada keperluan bisnis dengan Tuan
Arda” Sahut ku dengan penuh keyakinan, seperti pebohong ulung,
“Petugas itu percaya, dan
mengantarkan ku ke rumah Tuan Arda, sesampainya disana aku sangat kaget takala
yang membukakan pintu itu adalah Pemuda yang pertama kali memuja karya seni ku
ini,
“Hah kau Tuan Arda ?” Keceplosan
seperti teman lama dan tidak percaya sama sekali,
“Ternyata kau, iya aku Arda seperti
yang orang-orang bicarakan,” sedikit terserum dan terkesan sombong,
“Belum lama aku terkejut lagi ketika
melihat lukisan ku ada didalam ruang tamunya, terlihat mewah dan aku sangat
tidak ingat punya lukisan seperti itu” “Itu ….. “
“Iya itu lukisan mu, indah jadi aku
memajangnya disini, semua orang menginginkannya, “ Aku sampai lupa jika dia
waktu itu memeli karya ku yang ke 2
itu,”
“Bagaimana bisa, semua ini tejadi
seperti membalikan bumi dari bawah keatas,” suara yang lirih dan seakan tidak
percaya,
Dan dia (Pemuda) menjelaskan, “Sore
itu aku tau kau frustasi akan lukisan mu, seperti aku frustasi akan lukisan ku
sendiri, jadi aku datang untuk memotivasi mu, ya kurasa itu jalan terbaik ku
pada saat itu, dikala ada seorang yang senasib dengan ku, waktu itu juga
lukisan ku tidak laku dipasaran, dan hanya jadi sampah, namun semua berubah
sekarang, dan sepertinya kau juga akan seperti ku,” jawab Pemuda itu penuh
keyakinan,
“Bagaimana kau tau aku sangat
frustasi pada saat itu? “ Sebenernya aku sudah tau jawabanya hanya sekedar
memperjelas saja,
Pemuda itu menjawab lagi “Ya sudah ku
bilang aku juga pelukis seperti mu, pada waktu itu aku sempat merasakan hal
yang sama dengan mu, jadi ku coba melakukan hal yang sama ketika orang itu lakukan pada ku”
“Siapa orang itu, , , ?” Sahut Thomas
penuh dengan penasaran,
“Dia adalah pelukis terkenal lainya,
Namanya Kamir, dia seniman lukis yang sangat terkenal di Turki, dia datang
kesini hanya untuk mengubah ku menjadi seperti itu,” Jawab Pemuda itu,
“Bagiamana bisa ?” Sahut Thomas lagi,
“Sama seperti ku waktu itu prosesnya
dan jawaban itu pun sama, aku seperti melihat diriku sendiri pada waktu itu, ya
waktu itu aku pun menjawab, seperti mu, melukis dengan hati dan ini jati diriku
sesungguhnya, tahukan kau lukisan mu pada saat itu sungguh aku tidak mengerti
dengan arti lukisan abstrak mu ini, aku hanya melihat tekat mu saja, mungkin
karena tekat mu itu dan jawaban itu hingga kini aku melihat lukisan mu dengan
hati, dan jujur aku tidak begitu menyukai karya mu, tapi aku menghargainya
hingga saat ini” Jawab Pemuda seperti menguak rahasia,
“Jadi kau juga dulu sama seperti ku,”
Tanya Thomas, meyakinkan dirinya sendiri,
“Iya benar, lihatlah hasil dari “motivasi ini” kau sekarang menjadi
terkenal, dan aku hanya memotivasi mu saja, seperti Tuan Kamir memotivasi ku
dulu, ini seperti permainan diaman kau sekarang yang harus mencari dan
memotivasi orang diluar sana yang bisa mengubah hidupnya, jangan kau biarkan
seniman yang membuat indah dunia ini khandas hanya karna kurang motivasi,”
Panjang dari Pemuda itu namun sarat dengan makna,
Thomas mengakhiri ceritanya, dan
mulai menarik kesimpulan, ; “Aku sangat termotivasi ketika ada hanya 1 orang
yang menghargai karya ku, ya menghargai sekalipun itu bohong, tapi untuk
seseorang itu sangat penting dan berharga, dan itu kami menyebutnya dengan Penghargaan
Kosong” [23 Okt 2015]
Komentar
Posting Komentar